Bahagia di Tempat Tak Biasa

February 28, 2015


Jammu terminal

Galau ditengah ketidakpastian bus menuju Kashmir. Emak berjalan kesana kemari di terminal Jammu. Sesekali mendatangai loket Bus, tetap Kosong. Bus belum juga datang. Dua jam berlalu, perut kosong dan hanya  meneguk air putih. Akhirnya panggilan alam datang juga.

Emak melihat Lamda (teman perjalanan) berjalan dari arah deretan restoran.
“Ada toilet nggak disana”
“Ada, lumayan bersih kok mbak”
Sering berjalan menyusuri jalanan Bumi Mahabharata. Emak tahu banget bagaimana kondisi toilet umum di India. Sangat sangat jorok!. Berhubung bendungan alam sudah tak tertahankan lagi. Akhirnya Emak sama Endah bergegas menuju toilet.

Sebuah ruangan berisi deretan toilet dengan sebuah lorong untuk berjalan. Terdapat sebuah bangku dan meja tempat membayar toilet. Duduk seorang lelaki yang sibuk menghitung uang receh hasil jasa penggunaan toilet.

Emak menuju toilet wanita.  ‘Lumayan’ bersihnya toilet ini masih menebar ‘parfum’ alam manusia.  Setelah menjebolkan bendungan. Emak berjalan menuju meja tadi. Mencari uang receh dalam tas untuk membayar. Sambil menunggu Endah yang masih betah di toilet.

Dari arah lorong kiri datang seorang laki laki membawa anaknya. Gadis mungil, gendut, bermata lebar, kulit agak gelap dengan sebuah tika hitam di dahinya. Kakinya dipenuhi gemrincing gelang kaki. Emak tersenyum memandangnya. Sontak dia tersenyum dengan gerakan gerakan lucu.

Betapa terkejutnya emak. Ketika dengan santainya si Bapak mendudukkan si kecil ke lantai lorong toilet. Dan si Bapak ikut duduk santai dan bermain bersamanya. Kemudian si bapak penjaga toilet ikut menggodanya. Dia begitu riang, seolah menikmati dan terbiasa dengan tempat ini. Lorong yang redup dan menerbar aroma urine manusia.

Emak sendiri tidak tahu. Apakah mereka penumpang. Apakah bapaknya bekerja diterminal atau penjaga toko. Entahlah. Tapi dari gerak gerik dan percakapan dengan bapak penunggu toilet, seolah mereka tahu sama lain. Dan terbiasa ditempat ini.

Emak hanya bisa memperhatikan. Dengan senyumnya yang polos dan menggemaskan. Seolah dia ingin bermain bersama emak. Tak dapat menghindari. Emak ikut menggoda. Tangannya begitu mungil. Begitu riangnya dia. Ketika lampu Flash kamera tertuju kepadanya. Dia tertawa terbahak bahak.  Dia meminta emak melakukannya lagi. Emak tak bisa menolaknya. Bahagia.

Tiba tiba Emak teringat dengan si kecil dirumah. Emak sangat protektif. Mulai makanan, minuman, produk pakaian, mainan dan segala hal  yang ia gunakan. Semua harus hygine. Semua emak lakukan agar dia tetap sehat.

Tapi cobaan tak dapat dihindari. Allergi itu diidapnya. Hal yang sama sekali tak terpikirkan oleh emak. Tak boleh kena debu. Tak boleh minum susu sembarangan. Tak boleh mengkonsumsi unggas. Tak boleh menggunakan bahan A-Z. Hampir tiap 2 minggu emak membawanya ke dokter spesialias.

Terbiasa hidup serba hygine. Waktu kami pindah ke India. Negeri penuh sampah dimana dimana. Setiap keluar dari apartemen. Dia minta gendong. selalu teriak “it’s dirty, I don’t want to walk ” atau dia bakalan ngambek dan berkata “its disgusting country”. Dia hanya melongo  tiap kali orang buang sampah sembarang. “That not good habit” selorohnya.

Melihat anak kecil dihadapan mata. Emak termenung sejenak. Betapa tiap insan hidup dan besar dari kebiasaan apa yang orang tua ajarkan. Bertambah besar, lingkungan akan berpengaruh membentuk karakternya.

Lihatlah dia. Begitu riang bahagia bermain diantara aroma urine. Begitu bebas diantara lorong sempit. Sehat diantara kepulan asap kendaraan. Gendut ditempat berdebu dan penuh serakan sampah. Emak percaya, dia akan tertidur pulas diantara teriakan kondektur dan klakson bus yang membabi buta.


Bahagia berada dihati dan pikiran kita. Atau mungkin menerima segala keadaan dengan keterpaksaan, keikhlasan, kesabaran. Tergantung bagaimana kita mendefinisikan kebahagiaan. Itulah mengapa emak lebih memilih perjalanan dengan bacpacking. Tak mudah memang. menguras waktu, tenaga dan mental. Dengan membuka hati, pikiran dan sudut pandang. Perjalanan selalu mengajarkan kebajikan. Pesona keindahan alam adalah bonusnya. 

You Might Also Like

7 $type={blogger}

  1. Tulisannya keren Mak, membuat saya yang jarang berpikir jadi berpikir..Meski duduk gletakan di depan toilet anak itu tetap bahagia..:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun mbak Evi. Tak kira si bapak ngajak anaknya untuk pipis ke toilet. Eh, ternyata dia ngajak kesana buat ajak mainan di lantai. Dan nggak merasa risih sama sekali.

      Salam kenal. matur nuwun dah mampir.

      Delete
  2. Arek yen diumbar mungkin dadi luwih kuwat yo, Zulfa. Aku yo radha2 cerewet dan protektif nang arek2, seh. Sampak sering diprotes karo bojoku. hehehehe. Tapi untunge anak2ku relatif tahan banting. Terutama sing gedhe. Sing cilik luwih gampang loro. ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyo mbak, Tahan banting. Tonggoku sing kerjo nang pabrik, anak e diumbar, maem sembarangan. yo sehat sehat wae. paling badan e panas nek kepegelen. Anakku loro2 en mbak. Mnagkane jarang tak ajak travelling. Nek nggowo kendaraan pribadi, baru melu. iku pun gembolane akeh.

      Delete
  3. Mau Packaging makanan untuk menu bento restoran Anda? Gak ada salahnya menggunakan Greenpack tipe 5C-2314 pasti oke. Gratis branding restoran kamu juga lho..

    ReplyDelete
  4. Super sekali tulisannya, ndak bosen bacanya seperti novel saja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau super sekali saya brasa jadi Pak mariah teguh. Makasih banyak, jadi ke GR an jadinya

      Delete

Follow Twitter

Follow Instagram