Kota yang dijuluki
sebagai Kota Wali ini tak hanya dikenal sebagai tempat menyebarnya agama Islam
di pulau Jawa juga dikenal sebagai Permata Pulau Jawa diantara Pelabuhan Dagang
berabad yang lalu.
Kota yang dijuluki
sebagai Kota Wali ini tak hanya dikenal sebagai tempat menyebarnya agama Islam
di pulau Jawa juga dikenal sebagai Permata Pulau Jawa diantara Pelabuhan Dagang
berabad yang lalu.
Menjamurnya industri baru
diiringi dengan membengkaknya area perumahan di kawasan Gresik Kota Baru seolah
meminggirkan pesona Gresik Kota Lama. Kawasan Gresik Kota lama yang dipenuhi sederet
bangunan Kuno saat ini hanya menjadi pusat Kuliner makanan Khas Gresik. Tak
banyak khalayak ketahui bahkan saya sendiri yang lahir di kota Gresik, menurut
literatur sejarah yang diterbitkan dari situs resmi pemerintah kabupaten Gresik, bahwa sejak
abad ke-11 Gresik tumbuh menjadi pusat perdagangan dan kota bandar tidak saja
antar pulau, tetapi sudah meluas keberbagai negara.
Sebagai kota Bandar, Gresik
banyak dikunjungi pedagang Cina, Arab, Gujarat, Kalkuta, Siam, Bengali, Campa
dan lain-lain. Itulah mengapa dikawasan kota lama terdapat dua kawasan yang
menonjol yakni Kawasan Pecinan yang banyak dihuni masyarakat Tiongkok. Dan
Kampung Arab yang banyak didominasi masyarakat keturunan Arab.
Sejak itulah Gresik
sudah menjadi salah satu pelabuhan utama
dan kota dagang yang cukup penting sejak abad
ke 14. Dan menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju
Sumatera dan daratan Asia (termasuk
India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era penjajahan Belanda, VOC.
Tahun 1411 penguasa
Gresik, seorang kelahiran Guangzhou mengirim utusan ke kaisar Tiongkok. Di abad
ke-15, Gresik menjadi pelabuhan dagang internasional yang besar. Dalam Suma
Oriental-nya, Tome Pires menyebut Gresik sebagai
"permata pulau Jawa di antara pelabuhan dagang". Informasi ini saya
kutip dari laman Wikipedia.
Ketertarikan saya dengan
sejarah tempat saya dibesarkan ini
menggugah hati untuk menjelajah seluruh wilayah kawasan Gresik Kota Lama minggu
yang lalu. Dengan membawa kamera andalan saya menelusuri dan
memotret bangunan tua di kawasan Kota Lama mulai Pasar Gresik, Pelabuhan, Alun
Alun hingga kawasan Malik Ibrahim. Meski saya menjadi tontonan orang dan dikira
wartawan atau mungkin dikira kurang perkerjaan. Hehehe yo wis cuek wae.
Bagi saya pribadi
kawasan kota lama ini tak asing lagi, disinilah saya meniti ilmu mulai SMP hingga
lulus SMA. Setelah mengamati beberapa bangunan tua yang masih berdiri segar dan
beberapa telah rapuh dimakan usia tanpa pemeliharaan yang semestinya. Tetiba
saya mempunyai impian yang semoga didengar oleh para petinggi Kabupaten ini. Mengintip
negara tetangga sebelah yang berhasil menyulap kawasan Kota Tua menjadi jujukan
wisata mancanegara, bisakah hal yang sama terjadi disini?
Seperti kita ketahui, Gresik
mulai tampil menonjol dalam sejarah sejak setelah berkembangnya agama Islam di
tanah jawa. Pembawa dan penyebar agama Islam tersebut tidak lain adalah Syech
Maulana Malik Ibrahim yang bersama-sama Fatimah Binti Maimun masuk ke Gresik pada
awal abad ke-11. Jejak Wali Songo diKota Gresik pernah saya tulis sebelumnya.
Bukannya tidak mungkin, Kota
Gresik yang sudah dikenal sebagai Wisata religi bisa bersanding mesra dengan
wisata kota Tua. Apalagi letaknya berdekatan dengan pelabuhan Gresik yang
menjadi transit menuju Pulau Bawean yang saat ini menjadi wisata kepulauan.
Saya bisa bayangkan banyak turis bersepeda menyusuri kota tua.
Tidak mudah tapi
bukannya tidak mungkin. Jika saja pemilik, pemerintah dan masyarakat bahu
membahu, saling menjaga dan melestarikan keseluruhan bangunan tua di kawasan
ini. Alangkah bijaksana jika menjamurnya industri dipesisir pantai diimbangi
dengan pemeliharaan kota lama.
Maaf, tidak bermaksud
mengkritik dan juga nyiyir, apalah saya ini, hanya emak mbolang yang memimpikan
negeri ini maju disektor industri dan juga pariwisata. Hanya bisa berharap dan
mengeluarkan unek unek yang ada dikepala dalam tulisan yang sederhana ini.