24 Hours Journey to The Heaven of The Earth [1]

February 10, 2015


Keberuntungan terkadang terlihat bias bagi sudut pandang orang yang tak pernah menjejakinya.

Suasana NDLS (New Delhi Railway Station) tak ubahnya stasiun pasar senen kala musim mudik tiba. Ruwet dengan lautan manusia. Waktu menunjukkan pukul 8.30 PM. 15 menit lagi kereta akan berangkat, waktu kami mepet. Kami jalan setengah berlari dengan beban ransel dipundak kami. Tangan mungil sikecil dalam genggaman tangan emak. Sementara mata ini awas diantara deretan nomer platform yang menggantung di langit stasiun.

Kami menuruni tangga dengan nafas terengah. Menatap kereta dengan puluhan gerbong bak liukan ular tanpa ekor dan kepala. Teman teman semburat. Sibuk mencari nama nya dalam daftar penumpang kereta yang terpampang dalam gerbong kereta menuju Jammu. Sementara emak tetap mengikuti jejak langkah Suami.

Emak pasrah. Tiket teman teman sudah konfirm dan mendapat tempat duduk. Sedangkan tiket emak dalam posisi WL (waiting list). Tiket seharga 1090 Rupees dibeli siang hari untuk keberangkatan malam hari. Sedangkan tiket temans sudah booking sebulan sebelumnya. Suami mencari tiket TTE (Tiket travelling Examiner). Petugas pengecekan tiket didalam kereta.

Kami tergesa gesa diantara suitan pluit kereta api. “Hurry up” ucap suami sambil menoleh ke belakang, meminta emak mempercepat langkah. “I need to talk with tiket TT to make sure that you will not get any problem in the train”. Suami memastikan bahwa berbekal tiket WL, emak bisa berangkat dengan berbagi tempat duduk bersama teman teman. Sebenarnya tiket dalam posisi WL tidak boleh naik kereta, akan dikenakan denda. But Indian did dan menjadi hal yang biasa di India.

That tiket TT man” sambil menunjuk kearah pria jangkung, berwajah tegas, berhidung mancung,  perut gendut dalam balutan kemeja biru dan Jas biru tua. Suami kemudian menyerahkan tiket ke petugas TT tersebut. Entah apa yang mereka bicara. Melihat gedekan kepala petugas TT sambil berucap “ koi baat nahi “ (ra popo J) emak bernafas lega.

Selanjutnya gantian kami yang mencari nomer gerbong dan nama teman teman. Setelah ketemu. Emak segera meloncat memasuki gerbong. Suara kereta bersiul siul. Melangkah mencari tempat duduk. Suami dan si kecil mengikuti langkah emak dari luar gerbong.

Duduk di kereta. Emak memandang kedua lelaki tampan dalam hidupku dari balik bingkai kaca jendela kereta. Melihat wajah pasrah si kecil membuat air mata ini menggantung. Kerongkongan rasanya berat. Menahan diri, agar butir air mata tidak terjatuh.

Sebenarnya si kecil sudah terbiasa lihat emaknya mbolang. Tapi posisi dia di Indonesia, sama mbah uti. Sekarang di India, berdua dengan abi nya. Emak agak kuatir karena dia masih pricky sama makanan India. Bagaimana kalau dia kangen ama emaknya yang cakep ini ? J

Menatap wajah suami, menampakkan rona bahagia berbungkus kuatir. Mata yang cemas dibalut dengan senyum dibibir. Karena selama di India, kami selalu mbolang bareng. Sementara perjalanan jelajah Himalaya akan menguras waktu dan tenaga. kebanyakan tidur dalam kereta dan bus. Tidak mungkin ngajak si kecil karena dia bakalan kecapean di jalan.

Bak sebuah adegan shooting ala film film bollywood. Minus baju India, deraian air mata apalagi adegan ngejar ngejar kereta J. Kereta berjalan perlahan. Emak hanya bisa melambaikan tangan. Dalam hati emak hanya merangkai doa untuk mereka berdua dan perjalanan kami semua.

Tak kusadari, sedari tadi ada seorang ibu dan anak perempuannya ‘memperhatikan’ adegan bollywood kami.
 “Your husband?” ucap ibu gemuk berbalut saree dengan kemroncong perhiasan dibadan.
“yes” balasku dengan senyuman sambil melepas ransel dari pundak.
You speak hindi?
“Thorha sa .... (sedikit) “ kubalas dengan senyum.
“Acha” balasnya dengan senyum merona dan gedekan kepala khas ala wanita India.

Akhirnya emak berbincang dengan ibu tersebut dalam bahasa India. Sementara teman teman sibuk ngobrol dan persiapan tidur. Emak lebih banyak mendengar. Si Ibu menjelaskan tentang keluarganya. Dia ke Jammu bersama putri dan menantunya. Suaminya bekerja di perusahaan batu bara. Dan seperti kebanyakan wanita India lain, bercerita tentang keseharian dan banyak hal tentang keluarganya. Emak mendengarkan dengan baik.

Setelah melahap santap malam.  Dan mendinginkan gigi dengan ice cream. Beliau kemudian terlelap dalam tidurnya. Gantian dengan putrinya yang berbicara dengan emak. Bahasa Inggrisnya lancar. Berbeda dengan kebanyakan perempuan India yang mengenakan saree atau setelan Salwar Suit. Dia menggunakan kaos dan celana agak ketat.

Berbincang dengannya bagaikan mengukir sebuah cerita panjang dibalik kompleknya kehidupan wanita India. Terlalu banyak sekat, aturan dan adat. Puluhan pertanyaan yang ‘dalam’  terlontar dari senyum kalemnya. Emak menjawab dengan kalem dan apa adanya. Nggak ada yang emak tutupi. Termasuk hobi emak mbolang sendirian sampai jarang masak L J.

“Kamu sangat beruntung. Suami dan keluarga mendukung apa yang kamu suka i. Hal yang sangat tidak mungkin didapat oleh kami, wanita India. Kehidupan kami sangat komplek”

Bertahun tinggal di India. Menatap kehidupan keseharian. Emak tahu benar kenapa dia berkata seperti itu. Emak menyaksikan sendiri dari balik jendela. Tumpukan padat rumah di India penuh dengan cerita “nestapa” para kaum wanita India.

Emak belajar dalam perjalanan ini. Lebih bersyukur atas apa yang Allah karuniakan dalam kehidupan yang tak mudah ini. Malam itu emak lanjutkan ngobrol sama Rani. Salah satu teman perjalanan. Kami meringkuk berdua dalam tempat tidur yang sama. Di rela berbagi tempat tidur dengan emak . Thank to her.

Malam itu emak sulit memejamkan mata. Kepikiran si kecil. Menyesapi apa yang telah terlewati dan perbincang dengan mereka. Emak hanya menarik nafas panjang. Perjalanan yang selalu mengajarkan kepada emak makna sebuah rumah.

(Bersambung) 24 hours Journey to The Heaven of The Earth [2]

You Might Also Like

8 $type={blogger}

  1. Waah kereen..., mbak Zulfa bisa ngobrol pake bahasa India... aap bohot jaldi sikhte ho :)
    aapko hardik abhinandan ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ji, main hoon *benerinjilbabsambilbukakamushindi* hahaha

      Delete
  2. Paling drama itu adegan mencari-cari gerbong kereta kita mbak..#luarbiasa :D
    Dan salut sewaktu kamu ngobrol dengan keluarga India di dpn kursi kita..hehe,,#mupeng bisa sedikit ngomong Hindi
    Ohh iyaa, ternyata kita berdua muat juga ya' mbak tidur sumpel-sumpelan..haha,,

    Terimakasih juga mbak e, telah menyambut kita2 dengan super hangat di Delhi.
    Miss u :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Antara Deg deg an dan kebelet pipis. hahahaha Duh gerbong sebanyak gitu kayak cari jarum dalam setumpuk jerami.

      Sebenarnya aku butuh kamus waktu ngomong sama si ibu :)

      kapan ya .... bisa sumpel sumpelan lagi... Semoga very soon. Miss you to *ketjup*

      jangan Lupa ya baca 24 Journey to heaven of the earth Part 2 lebih seru ....... :) Terminal antah berantah

      Delete
  3. Asyikkkkk wes pinter boso Hindi. *karo ndungo ben iso sampek kono kapan2*. In shaa Allah. ira

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe Thorha sa mbak. Amin ya Rabb. hayooo mbak roller coaster nang India :)

      Delete
  4. Aku ndaftar kursus bahasa India padamu, piye mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe paling tak ajarin acha acha karo nahi nahi plus gedek gedek kepala ..... awas bablas :)

      Delete

Follow Twitter

Follow Instagram