Pesona Di Kaki Gunung Gamalama

April 10, 2018



Daya tarik pulau rempah menjadi cermin keindahan nusantara yang memadukan harmoni keindahan pantai, danau dan gunung dalam balutan sejarah dan legenda.

Di ujung Timur matahari memulai masa edarnya dengan menoreh jingga dimuka bumi. Bongkahan awan putih berarak membatasi pandang laut dan langit. Tak lama lagi pesawat menyentuh darat, semakin menurun, terlihat jelas pula sembulan sembulan pulau yang nampak bagaikan ceceran gunung menghiasi laut biru. 

Roda pesawat menghentikan lajunya di sebuah pulau yang menoreh kisah kejayaannya dalam buku sejarah bangsa Indonesia. Tanah, dimana rempah rempah tumbuh bahagia hingga membius bangsa bangsa Eropa untuk menjamahnya. Tanah dimana para raja menjunjung tinggi adat dan budayanya.

Menginjakkan kaki di Bandara Sultan Babullah, Ternate lekuk gunung berbalut pepohonan menghijau dengan ujungnya yang gersang menyapa setiap mata. Ialah gunung Gamalama berdiri gagah merajai pulau yang berada di Maluku Utara ini. Di kakinya Ternate menghamparkan diri dikelilingi laut biru.

Gamalama berasal dari kata Kie Gam Lamo, memiliki arti negeri yang besar. Meski Gamalama sering bergejolak, hal ini tidak mempengaruhi gerak kehidupan penduduknya. Berharmoni dengan gunung yang kerap menumpahkan magma justru memunculkan sebuah ritual adat Kololi Kie, yakni ritual mengelilingi gunung Gamalama serta mengunjungi makam makam keramat dengan harapan Gamalama tidak meletus.

Beranjak meninggalkan bandara, roda kendaraan berjalan tenang memasuki kota Ternate. Sepanjang jalan banyak ditemui benteng benteng tua bergaya Eropa. Mengajak ingatan menembus lembar demi lembar buku sejarah kala masih berseragam putih merah.

Dahulu Ternate adalah sebuah kerajaan yang muncul pada abad ke-13. Pada masa kejayaannya, kerajaan Ternate menguasai sebagian besar pulau Ternate, Sulawesi hingga Mindanao di Filipina. Bersama dengan Tidore, Bacan dan Jailolo dikenal sebagai empat kerajaan besar di Maluku yang biasa dikenal dengan Maluku Kie Raha.

Kesejahteraan hidup kerajaan Maluku Kie Raha menjadi goyah tatkala bangsa bangsa Eropa mendarat di tanah yang dijuluki “spice island”. Rempah rempah membuat bangsa Eropa serakah, menjajah serta memainkan politik adu domba yang memporakporandakan empat kerajaan yang berdamping mesra selama berabad lamanya. Benteng benteng ini menjadi bingkai sejarah bahwa Ternate pernah menjadi pusat kedudukan portugis dan juga VOC Belanda untuk mengatur perdagangan rempah rempah di Nusantara.




Hamparan batu angus membentang dari kaki gunung hingga ke bibir pantai. Perpaduan panorama gurat gurat lekuk gunung yang menghijau dan hamparan pantai biru di sisi lainnya menjadi kombinasi daya tarik yang unik. Dan jika dilihat dari pantai, kawasan batu angus ini nampak seperti deretan tebing hitam yang menjadi batas darat dan laut.



Ketika mentari mulai condong ke aran Barat, roda kendaraan melaju cepat menuju danau Tolire besar. Jalanan meliuk membebat gunung api tertinggi di kepulauan Maluku ini. Perjalanan terasa begitu tenang ditemani deretan nyiur kelapa dan julangan pepohonan cengkeh juga pala.

Danau Tolire besar merupakan danau purba yang terletak di Desa Takome. Bentuk danau menyerupai loyang besar dengan luas sekitar 5 hektar. Air danau berwarna kehijauan dikelilingi tebing tebing. Dari danau, atap gunung Gamalama yang gersang nyata terlihat.

Menikmati semilir angin yang sejuk di tepi danau, beberapa anak mendekat menawarkan batu dengan harga Rp. 1000 untuk 5 biji. Batu batu ini dijual bukan tanpa sebab, mitosnya, siapa saja yang melempar batu atau benda kedalam danau, batu tidak akan pernah menyentuh air. Padahal air jelas terlihat nampak dibawah kaki tempat saya berdiri. Saya bersama teman teman dan beberapa wisatawan mencoba melempar beberapa kali. Benar, tak ada tanda batu batu menyentuh air danau, air tetap tenang dan entah kemana perginya batu yang saya lempar tadi.

Selain keunikan tersebut, menurut masyarakat setempat keberadaan danau Tolire berawal dari sebuah legenda. Diceritakan bahwa dahulunya disini terdapat sebuah kampung yang masyarakatnya hidup sejahtera. Tapi kedamaian mereka terusik oleh sebuah kutukan akibat ulah seorang ayah menghamili anak gadisnya sendiri.

Ketika ayah dan anak gadis melarikan diri dari kampung, tetiba tanah yang mereka injak anjlok. Dan berubah menjadi sebuah danau besar. Konon, danau Tolire besar yang saya kunjungi ini adalah tempat dari sang ayah. Sedangkan danau Tolire kecil yang berjarak 200 meter dari sini adalah tempat sang anak gadis.

Terkait benar atau tidaknya legenda tersebut, saya tersenyum dengan harap bahwa angin sejuk yang mengalir dari gunung Gamalama akan membisikkan cerita sebenarnya. Ditemani kripik pisang bebek yang dicocol dengan sambal saya menghabiskan sore berbincang dengan sahabat perjalanan.



Sebelum matahari benar benar menyelesaikan masa edarnya hari ini, roda kendaraan dipaju lebih cepat lagi. Menuju bukit Mayo memburu Blue Hour yakni ketika matahari tenggelam dan biru merajai langit. Alhamdulilah, kami tiba tepat waktu, langit biru pekat menaungi siluet baris pegunungan Pulau Tidore di seberang ditingkahi hamparan gemerlap lampu kota Ternate. Perpaduan kontras yang membuahkan detak kagum. Pemandangan germerlap kota Ternate dari ketinggian menjadi teman berbincang dengan suguhan hangat air guraka malam itu.

Keesokan harinya, danau Laguna Ngade menjadi jujukan wisata hari kedua di Ternate. Danau yang berada di desa Ngade dianugerahi pemandangan spektakuler. Spot paling instagramable di Ternate. Berada di dekat pantai yang hanya dipisahkan oleh jalan raya, warna danau yang menghijau nampak berharmoni dengan birunya air laut yang berada di belakangnya.

Ditambah lagi dengan panorama laut berlatar pemandangan bentang dua pulau penuh keindahan yakni pulau Maitara dan pulau Tidore. Potret keindahan yang diabadikan oleh pemerintah Indonesia pada pecahan uang kertas Rp. 1000. Tak ayal, tempat ini menjadi buruan saya dan juga wisatawan serta fotografer.

Untuk dapat menikmati pemandangan keindahan danau berlatar belakang kedua pulau cantik tersebut beberapa penduduk setempat membangun beberapa spot di ketinggian berbeda. Dan tempat tempat ini menjadi incaran untuk berfoto dan selfie. Untuk menikmati spot pandang ini dikenakan tiket masuk Rp. 5000 saja.



Puas mengabadikan panorama danau Ngade dari ketinggian, kami menuruni gunung mendekati bibir danau secara langsung. Meski berdekatan dengan air laut justru memiliki air yang tawar. Hal ini dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat budidaya ikan seperti ikan Nila dan Gurame. Ditepi danau tersedia beberapa restoran apung yang menyajikan kuliner khusus menu ikan tawar dengan bumbu khas sambal Dabu dabu.

Ditepian danau, mata saya ceria manatap rindangnya pohon cengkeh dan pala. Bagi saya pribadi, bulatan kuning buah pala dengan retakan alami memunculkan warna hitam pala berbalut kulit merah menjadi kegembiraan tersendiri. Menancapkan rasa syukur lahir dan dibesarkan di negeri ini.


Belum lengkap rasanya berkunjung ke Ternate tanpa menatap kekayaan alam kebun cengkeh. Pulau Ternate sejak dulu dikenal sebagai negeri penghasil rempah terbaik dunia. Pohon cengkeh dan pala tumbuh subur diwilayah seluas 547.000 KM2. Ternate juga dikenal memiliki pohon cengkeh tertua di dunia.

Pohon pohon di Kebun cengkeh Gambesi menjadi destinasi wisata kami selanjutnya. Pemandangan kebun cengkeh di kelurahan gambesi ini terlihat tak biasa, bukan hanya rerumbunan pohon cengleh menghijau, juga deretan pohon cengkeh mati yang hanya menyisakan batang dan ranting kering.  Pepohonan tinggi menjulang tertata rapi dan asri nampak begitu kontras dengan angkasa yang biru dan juga rumput yang menghijau di kakinya. Perpaduan kontras dan cantik ini menjadi magnet wisata tersendiri.

Tak hanya instagramable tapi juga menghadirkan nuansa seperti negri Eropa kala musim gugur di ditengah negeri katulistiwa. Banyak yang menggunakan kebun cengkeh Gambesi sebagai latar untuk foto foto prewedding, foto keluarga, foto selfie dan juga foto rame rame bersama keluarga. Berfoto dari sudut manapun hasilnya bagus. Lokasinya menghadirkan udara yang sejuk, cocok sebagai tempat piknik.



Setelah memanjakan mata, waktunya membahagiakan si perut dengan menikmati kuliner khas Ternate. Selain Gohu yang lebih dikenal sebagai Sashimi Ternate, saya juga mencoba makanan pokoknya yakni Popeda. Asupan karbohidrat khas Maluku Utara ini saya nikmati di salah satu restoran yang berada di taman Nukila. Taman yang bersebelahan dengan Masjid raya Al Munawar yang lokasinya berada di tepi pantai.

Popeda terbuat dari tepung sagu yang dicampur dengan air panas. Memiliki tekstur kenyal mirip dengan lem. Pertama melihatnya, saya tidak bisa bayangkan apakah saya benar benar bisa menelannya. Takut lengket di tenggorokan.

Cara mengambil dan menikmati popeda sangat unik, yakni dengan cara meggulung gulungnya dengan dua supit kemudian ditaruh diatas piring. kemudian diguyur dengan kuah ikan kuning, Popeda kemudian dicubit cubit dengan menggunakan tangan hingga menjadi pecahan pecahan kecil. Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, nggak lengket, rasanya seperti bubur dengan rasa kuah ikan yang gurih dan segar. 



Sebagai kenang kenangan dan buah tangan sebelum meninggalkan bumi Ternate, kami memilih batik Tubo, batik khas kepulauan Maluku. Tubo sendiri merupakan nama salah satu desa di Ternate. Keistimewaan batik Tubo ada pada motifnya yang menampilkan ciri khas daerah Maluku Utara seperti motif cengkeh, pala, burung bidadari, peta Maluku, kelapa dan tentu saja gunung.





You Might Also Like

30 $type={blogger}

  1. Maluku utara udah masuk wish list keluarga pelancong. Mandar mugo onok rezekine mrono. Inshaa Allah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiin ya Allah. Semoha bisa jelajah seluruh maluku Utara ya Mbak. Aamiin

      Delete
  2. Aduuh aku bener bener kangen banget punya waktu buat jalan-jalan, Mak :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga Soon ya gallant punya banyak waktu buat jalan jalan dna kerja.Aamiin

      Delete
  3. aku sedih.. sekarang laguna tak seperti dulu sudah jadi destinasi selfie :( warna-warni...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dibangun warna warni ya.... huhu ikutan sedih. diaman mana sekarang serba warna warni

      Delete
  4. Pala yang sungguh bersejarah hwhw. Detail bener ini Mbak Zulfa nulisnya. Gak sia-sia aku jadi abangnya Najin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha Ya udah ntar abangnya Najin aku Carikan buat sandaran gimana? pohon maksudnya hahaha minta dijitak.

      Delete
  5. aku udah nyerah kalo emak juga ikutan lomba haha *ciyut hati ini :)))

    ReplyDelete
  6. Aku sampe googling lg penampakan tolire besar dan kecil. Mitos2 ttg danau ato tempat2 lain di indonesia, aku selalu suka mba. Walopun ga masuk di akal, tp menarik aja memang utk didenger. Itu yg cerita kalo melempar batu tp ga bisa kena danau, aagak2 mirip ama cerita di sumur jalatunda dieng yaaa. . Dan aku penasaran kenapa bisa batunya ga menyentuh air :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar mbak, tempat tempat di Indonesia banyak banget mitos dan cerita dan itu yang membuat menarik. dan karena mitos inilah timbul ritual ritual tertentu yang lebih menarik lagi.

      Delete
  7. aduhaiii, itu batiknya indah betul, warna-warna terang mendominasi. sukaaaaaa

    ReplyDelete
  8. Cakep betul pemandangan danau Ngade ...
    Berdiri dan berfoto diatas ketinggian bukit sana bakalan jadi keren fotonya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Banget. Aku biasanya jarnag foto foto, pas disini rasnaya oingin narsis terus. hahahaha

      Delete
  9. Keren-keren pemandangannya, indonesia timur emang paling mantep lah soal pemandangan alamnya, kalo dari jakarta kira2 abis berapa y bu biayanya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. banget Indonesia timu ini cantiknya. dan banyak pantai virgin yang super bening.
      Dari jakarta tiket sekitar 1-2 juta.

      Delete
  10. Duh bagus banget pemandangannya..
    Pengen uyy bisa kesana.

    ReplyDelete
  11. Huhuhuhu, jadi kangen, kan! Hahaha. ayo balik maneeeeh

    ReplyDelete
    Replies
    1. banget. Yuk balik trus sekalian ke Raja Ampat. semoga semesta mendukung. Aamiin.

      Delete
  12. hmmm,, penasaran kenapa batu ngga menyentuh air.. mungkinkah dalam perjalanan menuju permukaan air, batu itu ditangkap semacam black hole lalu berpindah dimensi? ahaha.. asli paling penasaran hal unik itu, pengen kesana, pengen nyoba...

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahah jadi ingat anakku, sukanya ngomongin black hole. dan dia bilang itu memang ada. Atau mungkin ada Jin yang nangkap dan disimpen, hehehe

      Semoga soon bisa kesana ya kak. Aamiin

      Delete
  13. popeda seperti bubur nggak ya mbak ? sering liat juga sih di tv, tapi belum pernah nyobain.... mantap #jejakbiru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya kayak bubur teksturnya cuman susah dipotong hahaha. lebih tepatnya tekturnya klebih mirip lem. tapi enak dan sehat lagi.

      Delete
  14. Indah sekali pemandangannya.
    Saya baru satu kali ke Maluku, mampir ke Ambon, lalu ke Pulau Kei.
    Semoga nanti bisa ke sana nanti.

    ReplyDelete
  15. Maluku Memang indah banget dan kaya akan sejrah. Aku malah belum ke ambon dan pingin banget. Semoga segera bisa berkunjung ke Ambon

    ReplyDelete

Follow Twitter

Follow Instagram