Mentari memancarkan garis sinar kuning bersemu orange
dibalik gedung apartemen. Diantara padatnya apartemen, sang mentari tak kuasa
menembusnya. Membiarkan gang gang sempit
terhimpit dalam kegelapan. Seolah menjadi gambaran kehidupan didalamnya.
Terik mentari belum meninggi tapi teriakan menantu
baru didepan apartemen mampu memanaskan suhu di Bumi. Apartemen yang dahulunya
tenang dengan keceriaan keluarga besar menjadi neraka kecil. Ketika sang menantu
yang belum sebulan dinikahi anak lelakinya tiap hari marah marah, ngomel dengan
suara lantang tanpa malu didengar oleh tetangga. Hampir tiap hari emak
mendengar ‘nyayiannya‘ yang cukup memanaskan telinga. Untung, saat itu emak
masih belum mengerti bahasa Hindi.
Ketika sedang asyik duduk di balkoni apartemen untuk menyaksikan permainan Cricket
di taman. Dua pemuda saling mengadu mulut dengan bola mata melotot.
Masalahnya simple, dua motor saling
bersinggungan dan saling menyalahkan. Tak ada kata maaf. Suara semakin
meninggi, keduanya mulai adu jotos. Dan satunya mulai melepas ikat pinggang dan
siap mencabik cabik dengan penuh amarah.
Lagi
berdua dengan si kecil nonton TV. Tiba tiba terdengar suara gemuruh dari luar.
Beberapa orang saling memaki dan melaknat satu sama lain. Gara garanya, Apartemen
baru tidak selesai pada waktunya. Sementara uang ratusan juta rupiah sudah
digelontorkan. Tak ada kesepakatan Mufakat. Pergi dengan amarah memasuki mobil masing masing dengan
omelan dan sumpah serapah. Tipu
menipu dengan bualan selangit sudah menjadi hal yang biasa disini.
Tiap kali keluar apartemen, emak selalu dihadapkan
dengan Amarah. Selalu dan selalu ketemu orang bertengkar, kelai, adu mulut plus
mata melotot. Kebanyakan karena tidak menaati aturan. Ngebut.
Menerobos lamput merah. Nyebrang sak enak udel e. Kesrempet. Bahkan traffic di India masuk dalam The Most Dangerous Traffic on Earth. Pernah
ditayangan di NGC.
Dulu
emak paling risih kalau ada orang bertengkar. Pernah emak tidak mau keluar rumah selama 6 bulan hanya
karena tidak ingin melihat pertengkaran. Eh, ladalah, kok malah tetanggga
sebelah selalu bertengkar dengan menantunya.
Entah mengapa di negeri semilyar penduduk ini orang
sangat mudah marah. Ditambah lagi segan untuk meminta maaf. Semuanya merasa
benar. Jelas jelas menerobos jalan dari arah berbeda. Dimarahi, eh, malah balas
memaki. Siap adu jotos. Hanya karena masalah sepele jadi kayak ikan
lele.
Mungkin karena berjubelnya manusia. Hidup dalam
himpitan kemiskinan. Terlalu banyak orang dalam rumah. Hingga mereka terbiasa
bersaing dan mempertahankan argumen
dengan nada tinggi. Entah salah atau bener yang penting ngomong lantang
dan menantang. Entahlah!
Apa hanya orang dewasa saja? TIDAK. Beberapa kali emak
menyaksikan sendiri anak anak bertengkar dan saling adu jotos. Dan parahnya
lagi dari mulut mereka terlontak kata kata yang sungguh tak pantas diucapkan
oleh anak seumur itu. Mungkin mereka terbiasa mendengar ucapan tak sopan dari
lingkungannya. Emak pribadi kawatir dengan si kecil. Tiap kali pulang dari
sekolah, emak selalu tanya. “Does anybody hurt you
in school?” atau “everything
fine ?” Bahkan suami meminta kepada
asisten yang antar jemput nya untuk selalu memperhatikan dia di sekolah. Untuk memastikan dia nggak bertengkar dengan temannya.
Asisten sekaligus Bodyguard.
Yang
bikin emak ikutan marah dan pingin jotos juga adalah kata kata kotor yang
terlontar dari mulut mereka. It’s
OK kalau sekedar memaki dengan kata Kuta,
suwer ( Anjing, Babi). Laa sering nya
mereka memaki dengan menggunakan kata kata mantra Teri Ma ki Cut (Anunya
Emak mu atau Anunya Mbak mu) kalau dibahasa Inggriskan “ Fuck you, mother fucker dan
sejenisnya“. Laaa, kenapa harus nyebut nyebut alat kelamin
emak sama mbak nya. Apa salah mereka? Kenapa nggak nyebut kelamin kamu sendiri?
Astaghfirullah!
Dulu telinga emak panas dan mata jadi sepet lihat orang bertengkar. Sekarang? paling
emak cuman senyum trus jalan cuek aja. Ada tapi tak nampak. Ketika jalan jalan
sama teman teman dari Indonesia, mereka biasanya kaget lihat orang bertengkar. Paling
emak cuman bilang “Udah biasa, nggak usah kaget“ Lets keep walking.
Seperti
dikutip dalam buku TITIK NOL Karya Agustinus Wibowo “Kerasnya hidup disini yang penuh tipu menipu telah
mengubahku lahir batin”. “Ah, Sudahlah India begitu melelahkan!”
![]() |
Foto diambil dari Inspirably.com |
India negeri sejuta cerita
yang mampu membolak balikkan Hati dan Rasa.