Pagi Yang Mistis di Kota Kuno Bhaktakpur Durbar Square

June 03, 2021


Nepal

Bhaktapur adalah kota kuno yang merupakan rumah bagi seni dan arsitektur tradisional, monumen bersejarah, kerajinan tembikar, kuil, adat istiadat lokal, budaya, festival, dan musik mistis

Saya menggeleng dengan senyuman ketika seorang penjaga meminta saya membayar tiket masuk seharga tiket lokal.

“Bangladesh?” tanya bapak penjual tiket

“No, We are from Indonesia” sambil menyodorkan passport

Ini adalah pertama kali saya mengunjungi sebuah tempat dan dikira dari Bangladesh. Sejak kemarin jalan jalan ke Kathmandu, Sarangkot dan Phokara bahkan ke negara lain biasanya mereka mengira saya dari Malaysia. Tak apa, mungkin perjalanan estafet, seminggu di Kashmir sambung jalan jalan Nepal telah membuat “tampilan” saya berubah.


Harga tiket masuk kota tua Bhaktapur Durbar square dibedakan antara warga lokal termasuk negara sekitar Nepal seperti India serta Banglades dan turis mancanegara. Lumayan, beda ratusan ribu. Teringat tiket masuk itu untuk biaya pemeliharaan, saya memilih untuk membayar sebagai turis asing. Apalagi Nepal barusan saja diporak porandakan oleh gempa, tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit untuk memperbaiki beberapa situs yang telah hancur.

Kota tua Bhaktakpur yang masuk dalam warisan UNESCO tidak dilewati kendaraan bermotor. Saya pikir setelah membeli tiket kami bakalan jalan kaki menuju hotel yang berada dalam kawasan kota tua. Ternyata tidak, mobil yang membawa turis menuju atau menjemput hotel diperbolehkan masuk.

Dari balik jendela mobil, bangunan tua dengan warna tua yang khas tersaji sepanjang jalan. Kuil dengan deretan patung penjaga, bangunan bertingkat bergaya newari khas Nepal, kayu tua berukir membawa diri masuk dalam lorong waktu yang membawa ke masa lampau. Membuat kaki gatal untuk segera jalan kaki menjelajahi kota yang dijuluki kota Pamuja. 

Melewati gang gang sempit diantara pertokoan dan rumah penduduk, sampailah kami di hotel yang sudah kami booking secara online sebelumnya. Hotel yang tak terlalu besar bernuansa vintage. Menapaki tangga kayu menuju kamar kami berada di lantai tiga. Berdekatan dengan roof top hotel.

 

Bhaktakpur Durbar Square

Setelah cukup beristirahat. Sore sebelum matahari tenggelam, kami santai sebentar sekitar hotel. Melihat aktifitas penduduk setempat. Banyak penjual sayur mayur. Penduduk berusia senja santai bercengkrama, sementara anak anak bermain bersama di durbar square. Sore yang menenangkan.

Mentari tenggelam di ufuk barat menyisakan malam yang terasa sunyi dan sepi. Lelah membuat kami tidur lebih awal. Berharap kesunyian membawa kedamaian, tapi lolongan anjing yang panjang bersautan membuat saya terbangun tengah malam. Rasa begidik menyelimuti. Membuat saya terjaga hingga pagi menyapa.

Teng teng teng sura lonceng dari kuil terdengar nyaring. Saya buka jendala. Mentari mulai menyapa. Menatap sekeliling, beberapa wanita melakukan puja di halaman rumah. Menatap Najin yang masih tertidur lelap. Nampak lelah. Tentu saja, kami datang Ke Bhaktakpur setelah dari Phokara dengan lama perjalanan sekitar 10 jam dalam bus. Tak ingin mengganggunya, saya menuju ke roof top hotel untuk menyambut mentari pagi.

Semburat jingga muncul dari balik baris perbukitan yang memeluk kota kuno Bhaktakpur. Perlahan menyinari atap atap kuil yang tegak menjulang ke langit langit. Kota kuno Bhaktakpur yang merupakan satu dari tiga durbar yang bersemayan di lembah Kathmandu nampak lebih magis dan mistis.

Seiring mentari meninggi, suara lonceng dari kuil semakin sering terdengar. Dari atas sini nampak penduduk lokal membawa sesaji menuju kuil. Gatal kaki ini ingin turun untuk menyaksikan prosesi keagamaan di kuil. Saya kembali ke kamar. Bersiap siap sekalian menunggu hingga Najin bangun.

Taumadhi Durbar Square

Bhaktakpur Nepal

Kota tua Bhaktapur terbagi atas beberapa Durbar Square yang menjadi pusat kegiatan masyarakat lokal. Mulai Taumadhi Square, Bhaktakpur durbar square, Dattatreya Square dan Pottery Square. Letak masing masing durbar square berdampingin satu dengan yang lainnya.

Hotel yang kami tempati berdekatan dengan Taumadhi Durbar square. Dikenal sebagai area pasar jalanan. Pagi itu ketika kami keluar hotel, deretan penjual sayur mayur terlihat di sepanjang gang. Di Tumadhi durbar banyak dijumpai penjual bunga.

Geliat pagi aktifitas keagamaan masyarakat terpotret dihadapan kuil Nyatphola. Dalam bahasa Newari Nyatphola berarti lima cerita atau simbol dari lima elemen dasar. Pondasi candi dibuat lebih lebar dari pada alasnya. Hal ini dipercaya membuat kuil batu setinggi lima lantai setinggi 30 meter ini selamat dari gempa bumi tahun 1934 dan 2015.

 

Nyatphola Nepal

 

Nyatphola temple

Kuil tingkat lima yang dibangun oleh Raja Bhupatindra Malla merupakan kuil terbesar dan tertinggi di Nepal. Kuil Dibangun pada tahun 1702 memiliki kesempurnaan arsitektur dan keindahan artistik yang luar biasa. Hal ini nampak dari keseluruhan ukiran kayu yang menopang indah disetiap sudut dan atap kuil.

Kuil yang terkenal dengan nama "Pancha Tale Mandira" ini di dedikasikan untuk Dewi Shiddhilaxmi. Terdapat Arca-arca yang berjejer di kedua sisi anak tangga. Ada lima tingkatan arca yang dibangun sebagai penjaga candi dan dewi yang bersemayam. Masing-masing penjaga di kedua sisi sepuluh kali lebih kuat dari yang di bawahnya. Di alas paling bawah adalah pegulat Jayamel dan Phattu. Di atas mereka ada dua gajah, diikuti oleh dua singa, lalu dua griffin dan terakhir dewi tantra Byaghrini dan Singhini. Konon, dibutuhkan waktu hingga tiga generasi untuk menyelesaikan candi.

 

Nyatphola  tmple Bhaktakpur

Ketika menaiki tangga rasanya dag dig dug ser. Bukan apa apa tapi karena kemiringan tangga lumayan tajam. Kita bebas menaiki tangga tapi tidak diperbolehkan memasukinya. Kuil terbuka hanya setahun sekali pada saat festival.


Selemparan mata ada Kuil Bhairabnath. Kuil ini nampak sibuk dengan kerumuman peziarah. Warga berbondong bondong datang kemari dengan nampan sesaji berisi bunga, daun buah dan kelapa. Dari kuil inilah lonceng dibunyikan terdengar hingga ke ke seluruh gang gang di sekitar durbar square.

Ukuran loncengnya lumayan besar. Dengan dua bauh patung penjaga di sebelahnya. Taburan bunga memenuhi bagian depan kuil. Beberapa melakukan persembahan dengan memotong ayam. Merasa tidak nyaman dengan darah dimana mana, saya meminta Najin untuk berpindah. Najin justru merasa biasa saja, malah dia meminta saya untuk membunyikan lonceng. Duh, Gusti!

 Taumadi Durbar Square



 

Bhakatakpur Durbar Square

Menjelang siang kami berjalan melewati lorong pertokoan menuju Bhaktakpur Durbar Square. Dikenal sebagai rumah bagi seni dan arsitektur tradisional, monumen bersejarah dan kerajinan tangan, jendela megah, industri tembikar dan tenun, kuil yang sangat bagus, kolam yang indah, adat istiadat lokal yang kaya, budaya, agama, festival, dan musik mistis. Bhaktapur adalah kota kuno yang terpelihara dengan baik yang dengan sendirinya merupakan dunia untuk dijelajahi bagi wisatawan.

Sepertinya Patan Durbar Square, Bhaktkapur dahulunya merupakan pusat pemerintahan Raja Malla. Bahkan yang terbesar dari ketiga Kerajaan Malla yang berada di lembah Kathmandu. Menjadikanya ibukota Nepal selama kerajaan Malla berkuasa hingga pertengahan abad ke 15.


Dibandingkan dengan dua kerajaan Malla lain yaitu Patan dan Kathmandu, secara historis Bhaktakpur Durbar Square lebih terisolasi. Jaraknya lebih jauh. Tapi lebih luas dan menawan. Durbar square yang sangat luas ini dikelilingi dengan deretan kuil dengan arsitektur berbeda. Ada yang bergaya newari dipenuhi dengan ukiran kayu yang rumit. Dan ada pula yang bergaya India. Masing masing kuil yang dipersembahkan untuk para dewa berbeda.

Sebagian kuil ada yang masih tegak berdiri. Sebagain rusak dihantam gempa. Dan ada yang benar benar hanya meyisakan pondasi bagian bawah saja.

Diantaranya banyak bangunan yang paling terkenal dan terindah adalah 55 jendela yang merupakan istana Raja. Halaman istana ini paling luas dan terawat. Dibangun pada masa pemerintahan Raja Malla Bhupendra Malla yang memerintah dari 1696 hingga 1722 M.

 

Golden gate

Golden gate Bhaktakpur


Berdekatan dengan istana raja, terdapat Golden gate yang terkenal. Gerbang yang megah dan indah ini dibangun oleh para pengrajin yang tangannya dikatakan telah dipotong setelah diselesaikan oleh raja Bhadgoun yang iri sehingga tidak ada lagi mahakarya seperti itu yang dapat direproduksi

Dattatreya durbar square

Di ujung timur, Kuil Dattatreya menarik perhatian. Awalnya dibangun pada tahun 142, Kuil Dattatraya setua Istana Lima Puluh Lima Jendela.

Candi Dattatraya bergaya pagoda tiga lantai, dengan patung-patung trinitas Hindu, (Brahma sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan Siwa sang perusak). Dibangun pada masa pemerintahan Raja Yaksha Malla (1428 M - 1482 M) dan dibuka untuk umum sekitar 1486 M, hanya setelah kematiannya.

Candi ini, menurut kepercayaan masyarakat, dibangun dari sebatang kayu dari satu pohon. Di pintu masuk ada dua patung besar pegulat Jaiput, Jaimala dan Pata (seperti di Kuil Nyatapola), sebuah "Chakra", dan patung logam Garuda, dewa seperti burung. Di sekitar kuil terdapat panel berukir kayu dengan dekorasi erotis. Kemudian diperbaiki dan direnovasi oleh Raja Vishwa Malla pada tahun 1548 A.D.

Pottery Square

Poetry Square Bhaktakpur

Terakhir kami mengunjungi Pottery Durbar Square. Pusat pembuatan tembikar di Bhaktakpur. Melihat penduduk setempat mengukir tanah lihat menjadi patung hingga peralatan yang digunakan untuk keseharian menjadi hal yang menyenangkan. Hasil kerajinan kemudian dikeringkan di pusat alun alun. Disekitar sini juga banyak penjual kerajinan yang bisa dijadikan oleh oleh.

Meski lelah tapi kaki ini masih ingin menjelajah lebih. Masih banyak tempat tempat sakral, unik dan mistis yang belum kami kunjungi di kota Tua ini. Mengingat Najin yang sudah lelah dan lapar, kami kembali ke hotel menikmati makan siang. Hingga taxi datang mengantarkan kami ke kathamndu.

Kelak jika suatu saat saya bisa kembali Nepal. Ingin kembali menikmati magisnya pagi berteman aroma bunga dan suara lonceng dari kuil kuil tua.


You Might Also Like

3 $type={blogger}

  1. Berharap banget suatu saat nanti bisa ke Nepal.
    Tapi harus kuat sih dengan suhu dingin disana hehehe.
    Aku kalo liat pernak pernik khas nepal jadi pengen borong.
    Unik2 dan tradisional sekali 😁

    ReplyDelete
  2. Wah, salut, meski disangka lokal tetap bilang turis! Ini baru keren ;)

    ReplyDelete
  3. india banyak tempat2 wisata candi2, tempat beribadatan orang hindu

    ReplyDelete

Follow Twitter

Follow Instagram