Sepanjang jalanan yang terlewati wajah kemiskinan ibukota nyata terlihat. Banyak gelandangan tidur pulas ditepi jalan raya, emperan toko bahkan dipelataran pintu gerbang. Pakaian berselimut debu, wajah luyuh dan lapar dengan rambut yang amburadul
Keesokan harinya, berbekal informasi yang kami dapatkan. Dengan mudah kami menemukan Delhi Gate. Berada ditengah jalan raya
utama, ramai
lalu lalang kendaraan dari segela arah. Delhi gate adalah pintu gerbang Selatan
Shahjahanabad.
Dengan menggunakan
e-rikshaw kami menuju Ajmeri Gate. Sorot
mata tertuju pada kami yang sibuk membidikkan kamera pada gerbang dan bangunan
tua disekitarnya. Seolah olah mereka berkata ‘salah tempat’.
Cukup menggunakan
rikshaw kami sudah sampai di gerbang Turkman
Gate. Ketiga gerbang tersebut memiliki kesamaan, berbentuk persegi dengan
lengkung pintu masuk ditengahnya. Sedangkan sisi belakangnya memiliki bentuk
yang berbeda, menara pertahanan berbentuk octagonal berada di kedua sisi pintu
masuk, mirip dengan tembok bentang pertahanan sebuah kastil di Eropa.
Dari Turkman Gate, tujuan kami berikutnya
adalah Masjid I-Jahan-Numa. Banyaknya
persimpangan jalan diantara gang gang sempit berkelok membuat kami tersesat tak
tentu arah. Terkadang harus balik berputar.
Gang sempit yang
hanya cukup dilewati mobil kecil tipe city
car. Berderet rumah didalam rumah bertingkat nan padat saling berhimpit.
Yah, setiap rumah terdiri atas lima lantai, setiap lantainya terdiri atas satu
atau dua rumah, di India dikenal dengan ‘apartemen’.
Setiap rumah memiliki hanya 2 atau 3 ruang berukuran kecil yang diisi dengan
beberapa anggota keluarga, terkadang hingga tiga generasi berada dalam satu
atap rumah.
Lantai dasar setiap
rumah dibagi atas deretan toko toko kecil. Menjual produk kebutuhan sehari hari
hingga perkakas mirip dengan pasar loak. Jangan berpikir untuk sebuah halaman
rumah, bahkan tak nampak satu tanaman tumbuh di area ini.
Dipagar balkoni berderet
jemuran pakaian. Kabel
listrik bergelantungan nampak semrawut, jauh dari kata aman.Jalanan berdebu
diperparah sampah berserakan. Terlihat anak laki laki membawa kambingnya dan
nampak takut dengan beberapa lolongan anjing dengan pandangan tajam.
Sebuah masjid kecil
bertingkat, didominasi warna hijau bertuliskan bahasa urdu yang sama dengan
tulisan arab. Lalu lalang wanita muslim menggunakan Baju Gamis warna hitam dilengkapi cadar hitam, hanya terlihat garis mata saja. Sedangkan kaum laki laki memakai kurta pijama,
baju tradisional khas muslim India. Kawasan Old
Delhi memang didominasi oleh kaum muslim.
Sampailah kami di
Masjid I-Jahan-Numa atau akrab
dikenal Jama’ Masjid. Dibangun oleh
sang kaisar pada abad ke 16. Dari gerbang Timur Masjid ini, nampak hamparan Lal Qila.
Puas mengelilingi
kota tua Delhi. Dapat saya bayangkan betapa cantik dan kokoh Shahjahanabad kala itu. Sayang, semuanya
tergerus arus kolonialisasi Inggris dan kepadatan penduduk di sekitar area.
Kami mungkin satu
satunya traveller
‘aneh’ menjelajah
kota tua. Tenggelam dalam ‘hutan’ peradaban berusia ratusan tahun. Berbagai cerita dan arti
kehidupan memaknai setiap jengkal tapak kaki selurusi kota tua ini.
Sepanjang jalanan
yang terlewati wajah kemiskinan ibukota nyata terlihat. Banyak gelandangan tidur
pulas ditepi jalan raya, emperan toko bahkan
dipelataran pintu gerbang. Pakaian berselimut debu, wajah luyuh dan lapar
dengan rambut yang amburadul. Seekor anjing kecil tergeletak mati diantara
pertokoan tua, kerasnya Ibukota Jakarta tak sekeras Ibukota Delhi.
Mengutip sebuah
pernyataan seorang filosopi terkenal Max Mueller “If I were asked under sky the human mind had fully developed some of its
choice gifts, has most deeply pondered on the greatest problem of life, and has
found solutions, I should point to India”.
Selama blusukan ke kawasan kota tua Delhi. Mata hati seakan dituntun merasakan
rona kehidupan negara semilyar penduduk. Kerasnya hidup, berjubelnya penduduk
dan himpitan ekonomi tak menghentikan gerak kehidupan untuk terus berusaha
serta mempertahan nilai budaya dan adat yang menjadi warisan kekayaan bangsa.
![]() |
Delhi Gate |
![]() |
Ajmeri Gate |
![]() |
Gelandangan Tinggal di Kelokan jalan utama perbatasan Old Delhi dan New Delhi |
![]() |
"Mie" Kabel, padat dan berjubel Potret Old Delhi |
![]() |
Sisi Religius Orang Hindu |
![]() |
Jalanan Chandi Chowk yg selalu padat dan macet |
![]() |
Gelandangan |
![]() |
Informasi tentang Turkman Gate bagian dari Shahjahanabad |
![]() |
Turkman Gate |