Berkelana Rasa di Pasar Malam Semawis
October 03, 2015
Pusat
jajanan terpanjang di kota Semarang ini menjual beranekaragam hidangan mulai
kuliner khas Semarang hingga kuliner ‘unik’ kekinian
Lembayung
senja ditelan sang malam tapi geliat kota Semarang semakin ramai. Selain
Simpang Lima yang berada di jantung kota, masih ada lagi pusat tempat wisata
kuliner yang siap memuaskan lidah. Gerakkan roda kendaraan menuju kawasan
pecinan, disana ada Pasar Semawis yang
merupakan pusat jajanan terpanjang di Kota Semarang.
Berbeda
dengan kawasan kuliner Simpang Lima
yang buka setiap hari. Pasar Semawis atau yang akrab dikenal dengan Waroeng
Semawis buka hanya pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. Buka mulai Pukul 6
sore hingga malam hari. Semakin malam semakin ramai.
Di
pagi hari kawasan ini hanyalah sebuah jalan biasa dengan deretan toko. Tapi di
akhir pekan, menjelang sore hari kawasan ini disulap dengan jajaran tenda dan
bangku sederhana. Ketika kaki saya berkelana menyapa kota Semarang, Pasar Semawis menjadi tempat yang ingin saya
kunjungi. Maklum saja, para pembaca setia blog ini pasti sudah tahu
kebiasaan saya hunting kuliner lokal
alias doyan mbadok.
Waktu
datang ke pasar Semawis sebenarnya saya ngidam salah satu kuliner unik. Waktu
itu saya melihatnya di salah satu program TV. Ada penjual Jamu tapi dalam
bentuk sup. Dan dengan rasa yang berbeda, nggak super pahit kayak jamu biasanya.
Maksud hati beli jamu galian singset. Biar lemak tubuh luntur 20 Kg
semalam. Eh, ternyata nggak ketemu yang jualan, karena gerimis tiba tiba datang
menyapa.
Bukannya
nurunin berat badan, saya malah kalap dengan
hidangan yang ada disini. Pasar Semawis menyajikan beraneka ragam
kuliner. Mulai kuliner Khas Semarang, Jajanan tempoe doeloe, es puter, serabi,
aneka sate, sosis bakar sampe Kuliner ‘unik’ kekinian. Di pasar Semawis, saya
dan Tarie mencoba tiga kuliner khas Semarang yakni pisang Plenet, es Cong lik
dan nasi goreng babat.
Pisang Plenet
Sesuai
dengan namanya Pisang Plenet ini menggunakan Pisang sebagai bahan pokoknya.
Pisangnya bukan sembarang pisang tapi menggunakan Pisang Kepok. Pisang Kepok
utuh dibakar dengan menggunakan arang. Diatasnya terdapat besi untuk membakar
pisang.
Setelah
setengah matang. Pisang kemudian di-plenet
hingga berbentuk bulat pipih alias gepeng. Dalam bahasa Jawa plenet berarti dipenyet atau digencet.
Pisang di-plenet dengan menggunakan
papan khusus seukuran pisang.
Setelah
berbentuk pipih, pisang dibakar sebentar. Diatasnya ditaburi gula bubuk dan
kismis. Kemudian ditumpangi lagi dengan pisang. Semacam “sandwich pisang”. Untuk
menjaga kualitas rasa dan juga tekstur biar nggak lembek waktu di-plenet digunakan pisang Kepok yang bener bener matang di pohon.
Waktu mendarat dilidah, rasanya manis dan tidak neg dengan aroma pisang bakar yang bikin tambah sedap.
Di Pasar malam Semawis ini ada penjual pisang plenet yang sudah melegenda, namanya
pisang Plenet Pak Tuko. Konon, beliau berjualan sejak 1960. Dari dulu hingga
sekarang beliau masih menggunakan resep yang sama. Pisang plenet ini tipikal
camilan buat sore dan malam hari. Cocok ditemani dengan teh atau kopi hangat. Apa
lagi ditemenin sama kamu. Iya, Kamu.
Pisang Kepok yang dibakar diatas arang |
Pisang Plenet |
Es Cong lik
Es
cong lik kepanjangan dari Es wong cilik. Yang berarti es merakyat tapi
rasanya juara banget. Terdiri atas agar agar yang dipotong kotak kotak
diletakkan kedalam gelas plastik atau mangkok. Ditambah dengan kelapa muda, bubur mutiara, buah siwalan.
Diatasnya diberi es puter. Jika suka bisa ditambah kan buah durian.
Es puternya
ini masih dibuat secara manual. Kayak bikin es puter zaman jadul dulu. Tanpa menggunakan
pemanis dan juga pengawet. Rasanya masih original, rasa asli dan segar buah. Rasanya
tidak terlalu manis, lumer dimulut. Apalagi buah siwalannya, hmmm rasanya kenyal
kenyal aduhai.
Es Cong Lik dan Es Puter |
Nasi Goreng Babat
Waktu menunjukkan pukul 11 malam, tapi sang perut masih
kelaperan. Terakhir kami menyantap satu lagi kuliner khas Semarang, yakni nasi
goreng babat. Letaknya dekat dengan pasar Semawis, mungkin sekitar 200 meter. Disana
ada ibu penjual Nasi goreng babat yang rame dikunjungi keluarga dan anak muda gaul.
Tempatnya sederhana, bisa duduk diatas kursi kayu panjang
atau duduk lesehan diatas tikar. Nasi goreng babat ini rasanya mirip nasi
goreng jawa hanya saja ditambahkan potongan babat didalamnya. Rasanya pedas, super
gurih dan sedap karena menggunakan bumbu pilihan. Lebih nikmat lagi dengan
tambahan telor ceplok dan petai goreng. Hmmm ngiler.
Nasi Goreng Babat |
Selain berburu kuliner, di pasar Semawis ini kamu bisa
karaokean, lho. Bukan karaokean malu malu dalam ruangan khusus, tapi dalam
tempat terbuka. Didengerin orang yang sedang menikmati makan malam. Kalo punya
suara bagus, boleh lah uji nyali disini. Moga aja piringnya nggak pecah atau
malah bikin mual yang sedang asyik makan. Hehehe
Mau pijat juga ada, tapi bukan pijat plus plus, ya. Jijay,
pikirannya parno melulu. Mau pingin tahu tentang masa depan kamu, nikah kapan
dan dengan siapa atau menunggu ketiban rezeki, atau mungkin ….. Kepoin mantan?
bisa. Disini ada peramal pembaca kartu Tarot. Kalau saya pingin tahu satu hal,
kapan angin berhembus membawa takdir tubuh ini berkelana dengan kereta Transiberia
menuju Rusia?
Terakhir tips dari saya. Karena berada dikawasan pecinan,
disini ada penjual kuliner dengan bahan dasar Babi. Hanya sedikit sih. Nah,
kalau mau beli makanan jangan ragu untuk bertanya. Halal atau tidak. Ok ?
19 $type={blogger}
pilihan 3 menunya endes mbak karena saya ndak pernah mkn nasi goreng babat, pisang plenetnya saya ngebayangin aroma pisang bakarnya duh kah, dan es wong cilik itu juga rasanya lama sekali ga makan buah siwalan dulu makannya kalo pas lagi ke gresik dan skitarnya saja
ReplyDeleteKuliner Semarang memang endes gulindesss bikin ngcesss banget. hehehe
DeleteIya, di Gresik dulu banyak penjual Siwalan. sekarang bisa dihitung dengan jari penjual siwalan
Ojo mbadok wae, mengko tambah lemu lho hahaha
ReplyDeleteBtw awakmu dhurung moleh tha ??? opo wes pindag mrene wae ???
wkwkwkwk
DeleteSik nang Omah, Rabu aku mbalik nek nggak kami.
Dirimu ape moleh ta? Yukkk Kopdar maneh.
Mba zulfa ko ga cerita najin pas plesiran...dia mkn apa dll (^.^)v
ReplyDeleteMba zulfa ko ga cerita najin pas plesiran...dia mkn apa dll (^.^)v
ReplyDeleteHehehe kalau nggak ada Najin berarti daku plesiran sendirian.
Deletekalau sama dia pasti ada cerita dia, hehehe
jadi emak nakal sementara
Oo najinnya ngga ikut? Uda pulang duluan kah? Saya kepo :D
DeleteNajinnnya nggak mau ikut, amunya dirumha sama mbah ti nya. :)
DeleteYa Allah so sweet bgt sih...lhah :D ...uda lengket sm mbah uti nya y mba,pke bhs apa sm mbah uti?...ato krn takut cape ngikutin mamanya(eh manggilnya apa y)..muter mulu hehe...sepertinya sy butuh rekreasi,pgn bisa jl2 ky mb zulfa
DeleteMungkin karena dia lelah, Ammy nya kebayakan jadwal mbolang, hehehe
DeleteHahahaha keinget banget malam ini kita udah hampir-hampir teler tapi masih nekat next kuliner yaa :D
ReplyDeleteyuhuuuuuuu, untung ada yang diajakin sepiring berdua *kedip2mata
Deletesemarang banyak juga kuliner-nya ya ....
ReplyDeletepengen nyoba pisang plenet ah ...
kalau saya yang inget ... semarang ya lumpia ... he he
Ya, Klo semarang pasti identik dengan Lunpia. Padahal banyak banget kuliner lain yang enak enak.
DeleteHuh, sebel sebel, sebel......! ira
ReplyDeleteSabar ya mbak Sabar.... monggo ngiler, *dibalanggedang :))))
Deletenek nang kene, seneng tumbas es moci mak.. seger.. :D
ReplyDeleteEs Moci? hadew kudu nyoba iki.
Delete