Siluet Negeri Semilyar Penduduk : Sampah

March 18, 2015

dirty

Plastik berterbangan menari bersama  debu. Terserak sampah disetiap sisi jalan. Onggokan sampah menebar bau tak sedap memaksa perut mengeluarkan apa yang ada didalamnya. Tempat berpesta para anjing, sapi, babi, lalat, burung gagak dan mahluk kecil mungil bernama uget uget atau set.

Selokan sampah berwarna hitam. Dipenuhi dengan sampah manusia. Genangan air yang entah berapa abad terdiam disana. Seorang anak berwajah kumal dengan asyik mengeluarkan tinja. Seolah duduk di toilet dalam rumah. Sementara ribuan lalat gendut terbang bebas keangkasa seolah terbuai dalam sebuah pesta narkoba.

Jalan, trotoar, sudut pasar, pertokoan dan ujung apartemen dipenuhi dengan semburat merah bagaikan cipratan darah. Kebiasaan mengunyah pan (semacam susur) dan meludah semaunya. Tak peduli cipratan itu terbang dan menyapa wajah tetangga. Sangat menjijikkan!.

JOROK adalah satu kata yang pas menggambarkan jalanan di India. Bersanding mesra dengan deretan bangunan tua sebuah peradaban yang seharusnya membuat orang India bangga dan menjaganya. Bahkan bangunan tua warisan peradaban tinggi negeri ini  menjadi korban  semburan bibir tak berbudaya.

Membuang sampah sembarangan seolah menjadi ‘budaya’ yang biasa disini. Tanpa rasa malu dan risih melepas sampah dimanapun mereka berada. Tak peduli pejalan kaki atau menggunakan merci.

Emak pernah diajak suami ke suatu restoran yang terkenal akan jajanannya. Laris, bahkan tak terlihat penjualnya. Istilah orang jawa “sampe nggak ketok bokong e”.  dikerumuni para pemuda “kelihatan” terpelajar. Wanita cantik berbalut Sari. Bapak bapak berdasi. Berdiri dan bercengkrama menikmati. Setelah selesai makan, mereka dengan ringan membuang begitu saja dijalanan. Pemandangan depan restoran ini tak ubahnya onggokan sampah.

Sejak kecil emak biasakan si kecil membuang sampah pada tempatnya. Jika bajunya kotor dan basah. Langsung emak ganti. Alhamdullilah, apa yang emak ajarkan terekam dalam kesehariannya. Ketika sampai di India, si kecil nggak mau menginjakkan kaki di jalanan. Kotor dan Jorok. Selalu minta digendong.  Kemanapun kami pergi, kami selalu menggunakan masker wajah.

Ketika keluar rumah, sangat sulit bagi emak untuk membuang sampah pada tempatnya. Nggak ketemu tempat sampah. Akhirnya tas pribadi menjadi satu satunya tempat menyimpan sampah.

Suatu ketika kami keluar kota dengan menggunakan kereta. Seperti biasa emak membawa makanan ringan dan buah. Sebelum makan kami bersihkan tangan dengan tissue basah dan hand sanitiser. Setelah makan kami satukan bungkus makanan dalam pastik dan kami taruh lagi kedalam tas. Apa yang kami lalukan menjadi pembicaraan dan senyuman disisi kanan saja. Yang artinya meremehkan apa yang kami lakukan. Ah. Sudahlah!

Dilain hari. Emak dan suami sudah terkantuk dalam kereta. Tapi sulit bagi emak memejamkan mata karena Si kecil masih melek. Akhirnya pemuda didepan kami mengajaknya berbincang dalam bahasa Inggris.
“Where you come from”
“Indonesia’
“You like to stay in India”
“NO”
“Why?”
“Its dirty and disgusting”
Pemuda itupun tersenyum dan tanpa malu berkata “ THIS IS our India, this is how we Live”
Dengan enteng dan tak berdosa si kecil menjawab “YOU SHOULD KEEP IT CLEAN” . Dalam kantuk emak hanya menyunggingkan senyuman. Pingin norak dan berjingkrak jingkrak dengan ucapan si kecil J.

Emak masih ingat kejadian Januari yang lalu ketika Presiden Amerika Barack Obama datang ke India. Untuk merayakan Republik day of India. Dan mengunjungi Taj Mahal di Agra. Perdana menteri India mengeluarkan banyak uang untuk membersihkan dan mensterilkan jalanan sejauh 15 KM dari kawasan Taj Mahal. Bahkan berita ini masuk dalam sebuah media di Indonesia.

Tujuannya apa? Tentu saja biar nggak kelihatan keasliannya. Dan ternyata presiden Obama meng-cancel perjalanan ke Agra dan langsung menuju Arab Saudi. Berita ini membikin geger Bumi Mahabharata. Kenapa harus nunggu Obama? Kenapa bukan untuk rakyat jelata?

Apa sulitnya membuang sampah pada tempatnya ?. Jawaban pasrah yang sering emak dengar hanya satu. Dan mungkin juga sebuah Motto disini “everybody did it, why I must care?” mencengangkan!. Karena memang mereka terbiasa sejak kecil berdampingan dengan sampah. Tak salah jika  membuang sampah dan meludah sembarang  menjadi slogan ‘thing you should do in India’ oleh wisatawan dunia.

Sangat disayangkan. Negeri yang dianugerahi dengan peradaban tertua di dunia ini tak dapat menjaga lingkungan yang menjadi warisan manusia berbudaya. Sampai kapan? Entahlah. Dapat emak bayangkan betapa cantik dan menarik negeri ini jika wajah sampah tak lagi nampak dihadapan mata. Semoga suatu hari nanti. SEMOGA!
 
Kashmir
Kashmir terkena imbas sampah juga 


You Might Also Like

11 $type={blogger}

  1. Ngakak baca budaya membuang sampah menjadi "... ‘thing you should do in India’ oleh wisatawan dunia." Diiih bener-bener parahan di sono dibanding negara kita ya Mbak. Penanaman sejak kecil memang betul harus diajarkan. Chila saja paling cerewet kalau mau buang sampah. Jika tempat sampahnya tidak ada maka seringnya ngambek dan ngomel-ngomel sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Parah pakai banget Mbak Lina :( Iya kalau sejak kecil dibiasakan mereka jadi "nggak" nahan dan jijik sama yang kotor. bagus tuh, biasanya kalau nggak ada tempat sampah si kecil masukkin di kantong celananya atau diam diam masukkin di tas ku :)

      Delete
  2. hiks, tahan banget ya mba ima kotor2 gitu, bayanginnya aja geuleuh...

    ReplyDelete
  3. Ternyata emang jorok ya, mbak... :(

    ReplyDelete
  4. Jika ingin mengurangi sampah yang menggangu lingkungan, sebaiknya gunakanlah packaging makanan yang ramah lingkungan. Lebih lengkap tentang packaging makanan ramah lingkungan bisa lihat di sini http://www.greenpack.co.id/

    ReplyDelete
  5. Wew. Suerrr salut sama mba ZULFA yang 'berani' memilih tinggal di India. Waah saya muupppeng pengin diskusi banyak hal sm mba Zulfa Huhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nekat.... hehehe. Diskusi apa nih? semoga diskusinya sampe Mufakat ya ....

      Delete

Follow Twitter

Follow Instagram